Beberapa teori kepemimpinan telah dikemukakan oleh para ahli.
Menurut Robbin (1996) terdapat tiga pendekatan teori kepemimpinan, yaitu:
1) pendekatan teori sifat, 2) pendekatan teori perilaku, dan 3) pendekatan
teori kontinjensi. Menurut teori sifat, pemimpin itu dilahirkan, bukan dibuat.
Para pemimpin memiliki pembawaan sejak lahir yang memungkinkan
mereka memimpin orang lain. Teori perilaku menyatakan bahwa isu utama
dalam kepemimpinan adalah menjadikan pemimpin efektif atau gaya
kepemimpinan terbaik. Keefektifan pemimpin menggunakan gaya khusus
untuk memimpin perorangan dan kelompok dalam mencapai tujuan tertentu
akan menghaisilkan moral dan produktivitas yang tinggi. Sedangkan teori
kontinjensi menyatakan bahwa keefektifan personalitas, gaya, atau perilaku
pemimpin tergantung pada sejauhmana pemimpin mampu menyesuaikan
dengan situasi yang dihadapi. Beberapa pendekatan yang lebih mutakhir
antara lain teori kepemimpinan karismatik (Housse: 1977, Conger dan
Kanungo:1988), kepemimpinan transaksional-transformasional (Burn:
1978, Bass: 1985, Seltzer dan Bass: 1990, Bass dan Avolio: 1993), dan
kepemimpinan visioner (Nanus:1992).
Menjadi pemimpin tidak bisa terjadi seketika, tetapi membutuhkan
perjalanan yang tidak singkat. Bennis dalam Hitt (1993), memberikan pandangan
secara umum tentang kepemimpinan. Dia mengatakan bahwa
proses menjadi pemimpin identik dengan proses menjadi manusia seutuhnya.
Jalur yang harus ditempuh pemimpin sebagai orang yang berfungsi
sepenuhnya melalui sejumlah kebijaksanaan berikut:
1) Kepemimpinan pada umumnya didefinisikan sebagai suatu pengaruh,
seni atau proses mempengaruhi orang sehingga mereka akan bertindak
secara sukarela menuju pencapaian tujuan kelompok.
2) Pengaruh ini ditimbulkan melalui hubungan pribadi yang efektif antara
pemimpin dan pengikut. Hubungan ini akan mendongkrak pengikut
menjadi pribadi yang lebih baik.
3) Bagi seorang pemimpin agar dapat menyelaraskan pengikut menjadi
pribadi yang lebih baik, pemimpin harus berada pada “level keadaan
yang lebih baik” dari pengikutnya.
4) Dengan level kedaan yang lebih baik berarti pemimpin memiliki kematangan
secara psikologis. Derajat kemampuan pemimpin menciptakan
hubungan yang mendorong pertumbuhan pengikut sebagai pribadi yang
terpisah merupakan ukuran pertumbuhan psikologis.
5) Pemimpin yang matang kepribadiannya adalah orang yang berfungsi
sepenuhnya. Orang yang berfungsi sepenuhnya adalah orang
yang menggunakan semua kemampuan yang telah dibentuk menjadi
suatu kesatuan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar